Saturday, March 2, 2013

Persepsi: Bukan pada kenyataan itu sendiri


Hari ini saya akan sedikit mendongeng. Cerita pribadi yang gak mungkin saya ceritakan ulang di dunia nyata. Jadi, cukup baca dan pahami maksud tulisan ini.

Persepsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan, bukan pada kenyataan itu sendiri.

Dan ada beberapa jenis persepsi yang kita kenal, yaitu auditori, visual, rabaan, penciuman dan pengecapan. Saya dan mungkin beberapa dari Anda,saya yakin pernah mengalami hal seperti ini:
1. Kok gw dicap playboy ya?2. Gw gak segitu paham agama, tapi orang bisa percaya banget soal agama ke gw?3. Atau ada orang yang baru pertama kali bertemu Anda bisa menunjukkan rasa segannya ke Anda.
Beberapa hal di atas pernah saya alami, dan sebenarnya masih banyak lagi. Nah, kenapa orang lain bisa dengan cepat memberikan persepsinya ke saya? Alasannya adalah SESUATU yang kita tunjukkan ke mereka, bisa itu auditori, visual, rabaan, penciuman atau pengecapan.
Saya yakin, Anda pun punya persepsi khusus kepada saya. Beberapa mungkin benar, namun saya yakin banyak yang tidak sesuai dengan diri saya. Pada awalnya saya merasa persepsi yang orang-orang berikan kepada saya membuat saya kurang merasa nyaman. Karena ada GAP yang menurut saya cukup extreme antara persepsi yang muncul dengan apa yang sebenarnya ada pada diri saya.

Pada akhirnya, saya mulai mengubah apa yang saya yakini INILAH SAYA. Sebagai contoh, saya merasa saya adalah BAD GUY, sementara banyak orang berfikir saya NICE GUY. Dan setelah saya mencoba menilik APA yang saya tunjukkan ke orang lain, ternyata memang tidak sesuai. Mungkin saya memang merasa bahwa saya adalah BAD GUY, namun perilaku yang selama ini orang lain lihat adalah sisi NICE GUY saya. Untuk sementara saya hanya mampu bergumam dalam hati dan berkata “YA… YA… YA…”.

Bisakah persepsi itu saya rubah? Jawabnya BISA. Tentu saja bisa.
Yang saya alami selama ini adalah seperti ini. Persepsi yang muncul tentang diri saya adalah
1. Orang yang dipandang cukup dewasa.2. Bijaksana dan punya pengalaman yang banyak.3. Seorang pemimpin dalam banyak hal.4. Bersifat ke-BAPAK-an.5. Orang yang taat beragama (efek dari nama pemberian ortu)6. Seorang yang sangat disegani (sehingga banyak yang ngobrol dengan saya menggunakan bahasa yang terlalu formal)7. Wawasan yang cukup luas (di luar akademis)8. Dll.. dll..
Dengan persepsi yang seperti itu, mungkin banyak hal yang menguntungkan saya, seperti orang akan dengan mudah menaruh KEPERCAYAANNYA kepada saya dalam hal kepemimpinan. Orang bisa menanyakan hal-hal rumit yang kadang saya tidak tahu jawabannya. Dan mereka bisa merasa aman ketika berada di samping saya.
Namun, di sisi lain, di tempat yang  jauh dari jangkuan indra penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, dan penciuman mereka, ada beberapa hal yang tidak mampu ditangkap oleh orang di sekitar saya. Dan penyebabnya adalah GAP ini terlalu jauh. GAP yang muncul dan secara tidak sadar saya bentuk, yang pada akhirnya ketika saya kurangi GAP ini secara extreme, orang akan aneh melihat saya.

Saya yakin, dan sudah saya alami, yang keluar dari mulut Anda adalah kata “SOK”. Sok asik lah. Sok rame lah. Sok Kepedean lah. Atau kalimat lain seperti, garing, jayus, dan FREAK.
Wow!! Menakjubkan BUKAN?

0 Komentar Persepsi: Bukan pada kenyataan itu sendiri

Post a Comment

Back To Top