Jauh sebelum saya menjadi pribadi yang Anda lihat hari ini, saya adalah orang yang penuh dengan PERTIMBANGAN. Semua hal saya pertimbangkan. Bahkan untuk mengatakan sesuatu pun saya harus menunggu moment yang tepat, serta pemilihan diksi yang dapat diterima oleh orang lain.
Termasuk dalam hal pernikahan. DULU, semua harus sesuai dengan apa yang saya harapkan. Khayalan saya terhadap kesempurnaan wanita harus ada di istri saya kelak. Dan pemikiran seperti itu terus saya bawa hingga saya menjadi orang yang lebih realistis.
Realistis tentang diri saya.
Realistis tentang kemampuan dan kekurangan saya.
Realistis tentang apa yang saya pikir 'benar'?
Realistis tentang lingkungan saya.
Ketika saya menyadari bahwa banyak orang di sekeliling saya yang kurang beruntung untuk dapat merasakan pernikahan. Bahkan beberapa dari mereka adalah om dan tante saya sendiri. Jika saya tanya kenapa mereka belum menikah, jawabnya sangat beragam. Dan satu yang dapat saya tangkap, jawaban-jawaban tersebut hanyalah ALASAN YANG DIBUAT-BUAT SEBAGAI PEMBENARAN.
Mungkin saja status mereka yang masih belum menikah sangat mengganggu pikiran mereka, sehingga untuk mengakuinya sangat tidak mengenakkan. Atau juga mereka sudah terlalu 'minder' sehingga harus membuat alasan-alasan yang dibuat-buat.
Ketika saya menyadari itu semua, saya yakin, saya juga seperti mereka saat itu. Dan jika saya masih tetap seperti mereka, saya pun akan menjadi bagian dari mereka. Di waktu yang sama, ada seorang wanita yang dengan setia menjadi pasangan saya. Memang pernah terjadi sedikit konflik yang membuat hubungan antara keluarga saya dan keluarga pasangan saya menjadi tidak baik, namun fakta bahwa ada seorang wanita yang siap untuk saya peristri tidak dapat dipungkiri. Dengan sedikit keberanian yang saya miliki saya mencoba memantapkan diri saya untuk meminang pasangan saya, dengan konsekuensi saya harus mendapat jawaban pahit dari orang tua pasangan saya. Dan akhirnya, dengan komunikasi yang cukup intens saat itu, semua menjadi lebih jelas, restu dari kedua orang tua sudah didapat, dan tinggal beberapa bulan menuju ke pelaminan.
Kenapa saya memutuskan menikah?
Karena saya menginginkan itu.
Kenapa saya menikah dengan wanita itu? Bukan dengan yang lain yang notabene masih banyak yang lebih baik dan cantik?
Karena saya memilihnya menjadi istri saya.
Saya tidak mau mempersulit diri saya dengan pertanyaan-pertanyaan yang hanya membuat saya bingung. Dan saya tidak mau terjebak oleh pendapat-pendapat orang lain yang saya tahu mereka bukan lah orang yang tepat untuk menasehati saya, mereka tidak tahu seperti apa saya. Satu pesan yang ingin saya sampaikan kepada Anda jika saat ini secara kebetulan Anda memiliki pemikiran seperti saya yang dulu. Gak ada yang sempurna. Anda sering mendengar ini bukan? Tahu apa maksudnya? Mungkin saja, apa yang Anda 'anggap' SEMPURNA itu benar-benar ADA. Iya, benar-benar kesempurnaan versi Anda. Namun apakah Anda juga sadar, jika kesempurnaan itu hanya muncul sekali, dan itu ada di masa lalu Anda. Dan dengan sekeras apapun Anda mencari, kesempurnaan itu tidak akan pernah datang di masa depan Anda. Saya sendiri menganggap, kesempurnaan itu adalah SAAT INI. Sehingga apapun yang saya putuskan saat ini tidak pernah saya sesali. Kalau saya sesali, saya hanya menyesali kesempurnaan itu sendiri.
Ketika saya menyadari itu semua, saya yakin, saya juga seperti mereka saat itu. Dan jika saya masih tetap seperti mereka, saya pun akan menjadi bagian dari mereka. Di waktu yang sama, ada seorang wanita yang dengan setia menjadi pasangan saya. Memang pernah terjadi sedikit konflik yang membuat hubungan antara keluarga saya dan keluarga pasangan saya menjadi tidak baik, namun fakta bahwa ada seorang wanita yang siap untuk saya peristri tidak dapat dipungkiri. Dengan sedikit keberanian yang saya miliki saya mencoba memantapkan diri saya untuk meminang pasangan saya, dengan konsekuensi saya harus mendapat jawaban pahit dari orang tua pasangan saya. Dan akhirnya, dengan komunikasi yang cukup intens saat itu, semua menjadi lebih jelas, restu dari kedua orang tua sudah didapat, dan tinggal beberapa bulan menuju ke pelaminan.
Kenapa saya memutuskan menikah?
Karena saya menginginkan itu.
Kenapa saya menikah dengan wanita itu? Bukan dengan yang lain yang notabene masih banyak yang lebih baik dan cantik?
Karena saya memilihnya menjadi istri saya.
Saya tidak mau mempersulit diri saya dengan pertanyaan-pertanyaan yang hanya membuat saya bingung. Dan saya tidak mau terjebak oleh pendapat-pendapat orang lain yang saya tahu mereka bukan lah orang yang tepat untuk menasehati saya, mereka tidak tahu seperti apa saya. Satu pesan yang ingin saya sampaikan kepada Anda jika saat ini secara kebetulan Anda memiliki pemikiran seperti saya yang dulu. Gak ada yang sempurna. Anda sering mendengar ini bukan? Tahu apa maksudnya? Mungkin saja, apa yang Anda 'anggap' SEMPURNA itu benar-benar ADA. Iya, benar-benar kesempurnaan versi Anda. Namun apakah Anda juga sadar, jika kesempurnaan itu hanya muncul sekali, dan itu ada di masa lalu Anda. Dan dengan sekeras apapun Anda mencari, kesempurnaan itu tidak akan pernah datang di masa depan Anda. Saya sendiri menganggap, kesempurnaan itu adalah SAAT INI. Sehingga apapun yang saya putuskan saat ini tidak pernah saya sesali. Kalau saya sesali, saya hanya menyesali kesempurnaan itu sendiri.
0 Komentar Mengapa Saya Menikah? Mengapa Saya Memilihnya?
Post a Comment