Saturday, November 11, 2017

PERSPEKTIF DALAM SOSIOLOGI Yang wajib Kita Ketahui


Ada banyak hal yang Bisa kita pelajari sebelum membahas mengenai PERSPEKTIF DALAM SOSIOLOGI ini, ternyata kita wajib mempelajari sesuatu Sebab dalam kehidupan kita sehari-hari kita membutuhkan banyak hal yang belum kita pahami yang sebenarnya. Misalnya, untuk Bisa di keahlian tertentu yang kita inginkan, maka kita wajib mengikuti bimbingan yang memang membagikan ilmu yang kita butuhkan. Sebelum membahas mengenai PERSPEKTIF DALAM SOSIOLOGI, Saat ini, Bisa disimpulkan bahwa hanya dengan belajar kita Bisa menanggulangi masalah yang kita hadapi setiap hari. Kita mendapatkan ilmu, akan mengubah diri kita, dari belum memahami, atau belum menguasai hal tertentu, menjadi kebalikannya dan membuat kita semakin berisi.

PERSPEKTIF DALAM SOSIOLOGI







Dalam masyarakat tentunya sering ditemukan beberapa Sudut Pandang yang berbeda satu sama lain. Dalam melihat Fenomena sosial atau biasa disebut dengan Empiris sosial dalam masyarakat juga demikian. Penalaran atau Evaluasi atas suatu Empiris umumnya dimulai dengan asumsi (assumption), yaitu dugaan individu yang belum teruji kebenarannya. Dari asumsi-asumsi tersebut berkembang menjadi perspektif, Sudut Pandang, atau paradigma. Berikut ini beberapa perspektif dalam sosiologi.


1. Perspektif Evolusionis

Perspektif ini merupakan perspektif teoretis yang paling awal dalam sosiologi. Penganutnya yaitu Auguste Comte dan Herbert Spencer. Perspektif ini membagikan keterangan yang memuaskan mengenai bagaimana masyarakat manusia tumbuh dan berkembang.

Para sosiolog yang memakai perspektif ini mencari pola perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat yang berbeda untuk mengetahui apakah ada urutan perubahan yang berlaku umum. Dalam perspektif ini dengan cara umum Bisa dikatakan bahwa perubahan manusia atau masyarakat itu selalu bergerak maju (dengan cara linear), namun ada beberapa hal yang tidak ditinggalkan sama sekali dalam pola kehidupannya yang baru dan akan terus dibawa meskipun hanya kecil hingga di perubahan yang paling baru.


2. Perspektif Fungsionalis

Dalam perspektif ini, masyarakat dilihat sebagai suatu jaringan kelompok yang bekerja sama dengan cara terorganisasi dan teratur, serta mempunyai seperangkat Anggaran dan nilai yang dianut sebagian besar anggota masyarakat tersebut. Jadi, masyarakat dipandang sebagai suatu sistem yang stabil, selaras, dan seimbang.

Dengan demikian menurut Sudut Pandang perspektif ini, setiap kelompok atau Forum melaksanakan tugas tertentu dengan cara terus-menerus, Sebab hal itu fungsional. Sehingga, pola perilaku timbul Sebab dengan cara fungsional bermanfaat dan apabila kebutuhan itu berubah, pola itu akan hilang atau berubah. Hal ini juga berarti bahwa perubahan sosial akan mengganggu keseimbangan masyarakat yang stabil tersebut. Namun tidak lama setelah itu akan tercipta kembali keseimbangan.

Perspektif ini lebih menekankan di keteraturan dan stabilitas dalam masyarakat. Forum-Forum sosial seperti keluarga, pendidikan, dan agama dianalisis dalam bentuk bagaimana Forum-Forum itu membantu mencukupi kebutuhan masyarakat. Ini berarti Forum-Forum itu dalam analisis ini dilihat seberapa jauh peranannya dalam memelihara stabilitas masyarakat.

Perspektif fungsionalis menekankan di empat hal berikut ini.
a. Masyarakat tidak Bisa hidup kecuali anggota-anggotanya mempunyai persamaan persepsi, sikap, dan nilai.
b. Setiap bagian mempunyai kontribusi di keseluruhan.
c. Masing-masing bagian terintegrasi satu sama lain dan saling memberi dukungan.
d. Masing-masing bagian memberi kekuatan, sehingga keseluruhan masyarakat menjadi stabil.

Beberapa sosiolog pendukung perspektif ini yaitu Talcott Parsons, Kingsley Davis, dan Robert K. Merton. Seorang antropolog yang juga sangat mendukung perspektif ini, bahkan Bisa dikatakan sebagai pelopornya yaitu Bronislaw Malinowsky (Polandia).


3. Perspektif Interaksionisme

Perspektif ini cenderung menolak Asumsi bahwa fakta sosial yaitu sesuatu yang determinan terhadap fakta social yang lain. untuk perspektif ini, orang sebagai makhluk hidup diyakini mempunyai perasaan dan pikiran. Dengan perasaan dan pikiran orang mempunyai kemampuan untuk member makna terhadap situasi yang ditemui, dan mampu bertingkah laku sesuai dengan interpretasinya sendiri.

Sikap dan tindakan orang tidak dipaksa oleh struktur yang berada di luarnya (yang membingkainya) serta tidak semata-mata ditentukan oleh masyarakat. Jadi, orang dianggap bukan hanya mempunyai kemampuan mempelajari, memahami, dan melaksanakan nilai dan norma masyarakatnya, melainkan juga Bisa menemukan, menciptakan, serta membuat nilai dan norma sosial (yang sebagian benar-benar baru). Sebab itu orang Bisa membuat, menafsirkan, merencanakan, dan mengontrol lingkungannya.

Singkatnya, perspektif ini memusatkan perhatian di interaksi antara individu dengan kelompok, terutama dengan memakai simbol-simbol, antara lain tanda, isyarat, dan katakata bagus lisan ataupun tulisan. Atau dengan Perkataan lain perspektif ini meyakini bahwa orang Bisa berkreasi, memakai, dan berkomunikasi melalui simbol-simbol. Tokoh-tokoh yang terkenal sebagai penganut perspektif ini yaitu George Herbert Mead dan W.I. Thomas.


4. Perspektif Konflik

Perspektif ini melihat masyarakat sebagai sesuatu yang selalu berubah, terutama sebagai karena dari dinamika pemegang kekuasaan yang terus berusaha memelihara dan melonjakkan posisinya. Perspektif ini beranggapan bahwa kelompokkelompok tersebut mempunyai tujuan sendiri yang beragam dan tidak pernah terintegrasi.

Dalam mencapai tujuannya, suatu kelompok sangat sering wajib mengorbankan kelompok lain. Sebab itu konflik selalu muncul, dan kelompok yang tergolong kuat setiap saat selalu berusaha melonjakkan posisinya dan memelihara dominasinya.

Ciri lain dari perspektif ini yaitu cenderung memandang nilai dan moral sebagai rasionalisasi untuk keberadaan kelompok yang berkuasa. Dengan demikian kekuasaan tidak Inheren dalam diri individu, akan tetapi di posisi orang dalam masyarakat. Sudut Pandang ini juga menekankan bahwa fakta sosial yaitu bagian dari masyarakat dan eksternal dari sifatsifat individual. Singkatnya, Sudut Pandang ini berorientasi di studi struktur sosial dan Forum-Forum sosial.

Ia memandang masyarakat terus- menerus berubah dan masing-masing bagian dalam masyarakat potensial memacu dan menciptakan perubahan sosial. Dalam konteks pemeliharaan tatanan sosial, perspektif ini lebih menekankan di peranan kekuasaan. Tokoh yang menganut perspektif ini yaitu Karl Marx dan Frederich Engles.

0 Komentar PERSPEKTIF DALAM SOSIOLOGI Yang wajib Kita Ketahui

Post a Comment

Back To Top