
Tidak di pungkiri kenyataanya ilmu itu luas sebelum membahas mengenai SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI ini, kenyataannya kita butuh membaca Sebab dalam kehidupan kita sehari-hari kita membutuhkan banyak hal yang belum tentu kita ketahui bagaimana caranya. Misalnya, supaya mampu menyampaikan keinginan kita kepada orang lain dengan bagus dan benar, kita wajib mengetahui Tips berkomunikasi. supaya Bisa berkomunikasi, kita wajib Bisa membaca dan menulis. Sebelum membahas mengenai SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI, Sekarang, Bisa disimpulkan bahwa hanya membuka pemikiran kita untuk belajar kita Bisa menanggulangi masalah yang kita hadapi setiap hari. Kita membaca, akan mengubah diri kita, dari belum memahami, atau belum menguasai hal tertentu, supaya kita Bisa menyelesaikan segala sesuatu dalam kehidupan kita dan membuat kita semakin berbobot.
SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI
Pernahkah Anda bertanya kapan lahirnya sosiologi? Sebab sosiologi mempelajari hubungan atau interaksi manusia dalam kelompok atau masyarakat, maka sosiologi lahir sejak manusia bertanya mengenai masyarakat, terutama mengenai perubahannya. Latar belakang sosial lahirnya sosiologi merupakan perubahan masyarakat di Eropa Barat karena revolusi industri di Inggris dan revolusi Prancis yang berlangsung di akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19. Banyak orang di masa itu berharap bahwa revolusi industri dan revolusi Prancis akan membawa kemajuan untuk semua anggota masyarakat.
Dengan munculnya revolusi industri, pola-pola tradisional mulai ditinggalkan dan muncullah teknologi baru yang mempermudah sekaligus melonjakkan produksi masyarakat, sehingga Bisa melonjakkan taraf hidupnya. bila di masa feodalisme sebelum revolusi Prancis masyarakat terkotak-kotak dalam lapisan-lapisan sosial yang sangat membatasi ruang untuk lapisan sosial yang lebih rendah, setelah revolusi semua orang berharap bahwa akses terhadap semua sumber daya sosial dan ekonomi seperti pendidikan dan pekerjaan wajib terbuka lebar untuk semua lapisan.
Akan akan tetapi, apa yang diharapkan masyarakat tidak menjadi Fenomena. Revolusi memang telah mendatangkan perubahan, namun di saat yang sama juga telah mendatangkan kekhawatiran yang lebih besar. Apa sesungguhnya yang terjadi? Dalam masyarakat timbul anarki (situasi tanpa Anggaran) dan kekacauan yang lebih besar setelah revolusi Prancis. selain itu, timbul kesenjangan sosial antara golongan kaya dengan golongan miskin. Kelas-kelas sosial bukannya dihapus, melainkan semakin nyata.
Kaum buruh semakin ditekan oleh segelintir orang yang mempunyai modal dan perusahaan. Dengan demikian konflik antarkelas menjadi tidak terhindarkan. Berikut akan kita pelajari beberapa tokoh yang menjadi perintis lahirnya ilmu sosiologi, dimulai dari Auguste Comte.
1. Auguste Comte (1798–1857)
Istilah ‘sosiologi’ pertama kali diciptakan di tahun 1839 oleh Auguste Comte, seorang ahli filsafat kebangsaan Prancis. Dialah yang pertama kali memakai istilah tersebut sebagai pendekatan khusus untuk mempelajari masyarakat.
Selain itu, dia juga memberi sumbangan yang begitu penting terhadap sosiologi. Oleh Sebab itu para ahli sepakat untuk menyebutnya sebagai ‘Bapak Sosiologi’. Mengapa? Memang wajib diakui bahwa Comte sangat berjasa terhadap sosiologi.
Beberapa sumbangan pentingnya antara lain sebagai berikut.
a. Ia mengatakan bahwa ilmu sosiologi wajib didasarkan di pengamatan, perbandingan, eksperimen, dan metode historis dengan cara sistematik. Objek yang dikajipun wajib berupa fakta, bukan Asa atau prediksi. Jadi, wajib objektif dan wajib pula bermanfaat, serta bukan mengarah kepada kepastian dan kecermatan.
b. Ia menyumbangkan pemikiran yang mendorong perkembangan sosiologi dalam bukunya Cours de Philosophie Positive, yang dikenal dengan hukum kemajuan manusia atau hukum tiga jenjang.
Dalam menerangkan gejala alam dan gejala sosial, manusia akan melewati tiga jenjang berikut ini.
1) Jenjang teologi, bahwa segala sesuatu dijelaskan dengan mengacu di hal-hal yang bersifat adikodrati.
2) Jenjang metafisika, bahwa manusia memahami sesuatu dengan mengacu kepada kekuatan-kekuatan metafisik atau hal-hal yang bersifat abstrak.
3) Jenjang positif, bahwa gejala alam dan sosial dijelaskan dengan mengacu di deskripsi ilmiah (jenjang ilmiah).
c. Ia mengatakan pula bahwa sosiologi merupakan ratu ilmuilmu sosial, dan menempati peringkat teratas dalam hierarki ilmu-ilmu sosial.
d. Ia membagi sosiologi ke dalam dua bagian besar, yaitu statika sosial (social statics) yang mewakili stabilitas atau kemantapan, dan dinamika sosial (social dynamic) yang mewakili perubahan.
2. Karl Marx (1818–1833)
Latar belakang pemikirannya merupakan adanya eksploitasi besar-besaran yang dilakukan oleh para pengusaha atau pemilik modal (kaum kapitalis atau yang dikenal juga dengan kaum borjuis) terhadap kaum buruh (yang disebut juga dengan kaum proletar). Para buruh bekerja dengan jam kerja yang ditetapkan oleh para pengusaha dengan seenak hati mereka.
Bukan hanya itu, upah yang diberikan juga begitu rendah, tidak sebanding dengan pekerjaannya. Menurut Marx, kaum kapitalis atau pengusaha merupakan lintah darat yang hidup dari keringat para buruh. Dengan Perkataan lain, ada ketidakadilan yang sangat besar dalam masyarakat. Ada kelompok yang menguasai saranasarana produksi yaitu para kapitalis, dan ada kelompok yang sama sekali tidak mempunyai sarana produksi, sehingga sepenuhnya menggantungkan hidup di para kapitalis. Kelompok ini disebut dengan kaum buruh.
Marx mengatakan bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah perjuangan kelas, yang melahirkan kelompok borjuis dan kelompok proletar. Sadar akan posisinya di masyarakat, yaitu sebagai kelompok yang dieksploitasi, maka kaum proletar bersatu dan memberontak melawan kaum borjuis. Konflik antarkelas inilah yang melahirkan perubahan dalam masyarakat. Menurut Marx, suatu saat kaum proletar akan memenangkan perjuangan kelas ini yang setelah itu akan melahirkan masyarakat tanpa kelas.
3. Herbert Spencer (1820–1903)
Herbert Spencer merupakan orang Inggris yang menguraikan materi sosiologi dengan cara rinci dan sistematis. Menurut Spencer, objek sosiologi yang inti merupakan keluarga, politik, agama, pengendalian sosial, dan industri. Termasuk pula asosiasi, masyarakat setempat, pembagian kerja, pelapisan sosial, sosiologi pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta penelitian terhadap kesenian dan keindahan.
di tahun 1876 Spencer mengetengahkan suatu teori mengenai ‘evolusi sosial’, yang hingga kini masih dianut,walaupun di sana-sini ada perubahan. Ia menerapkan dengan cara analog Teori Darwin mengenai ‘Teori Evolusi’ terhadap masyarakat manusia. Ia yakin bahwa masyarakat menjalani evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat industri.
Spencer juga mengembangkan gagasan mengenai sistem interaksi sosial, khususnya di masyarakat Inggris. Ia juga beranggapan bahwa keadaan masyarakat akan berubah menuju ke situasi yang lebih aman dan tertib. Hal ini terjadi Sebab di masyarakat sudah mulai terjadi sistem pembagian kerja dengan cara teratur. Berbagai penanganan pekerjaan di masyarakat mulai ditangani oleh orang-orang yang memang ahli (profesional). Hubungan antarberbagai pekerjaan juga terjalin dengan sangat kompak.
Herbert Spencer juga mengembangkan suatu sistematika penelitian masyarakat dalam bukunya yang berjudul Principles of Sociology. Melalui buku ini istilah sosiologi menjadi lebih populer. Berkat jasa Spencer, sosiologi berkembang pesat di abad ke-20, terutama di negara Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat, hingga sekarang sudah menyebar ke segala penjuru dunia.
4. Emile Durkheim (1858–1927)
untuk Durkheim, fenomena sosial yang tumbuh berserakan dalam kehidupan masyarakat ini merupakan nyata. Oleh Sebab itu, gejala-gejala sosial yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat sesungguhnya Bisa dikaji dengan metode-metode empiris, dan bukan dengan cara filosofis.
di prinsipnya Durkheim menolak penjelasan ilmiah mengenai tindakan (juga mengenai institusi sosial) yang hanya mendasarkan analisis di karakteristik individu, seperti insting, kemauan, imitasi, dan kepentingan pribadi. Penjelasan semacam itu menurut Durkheim hanyalah merupakan karena dari kumpulan sifat dan tindakan individu.
Menurut Durkheim, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta sosial. Tahukah Anda apakah fakta sosial itu? Fakta social merupakan setiap Tips bertindak yang telah baku ataupun tidak, yang Bisa menjalankan pemaksaan terhadap individu. Fakta social bersifat eksternal terhadap individu. Fakta sosial Bisa berupa Tips bertindak, berpikir, dan berperasaan yang memperlihatkan ciri-ciri tertentu yang berada di luar kesadaran individu. Fakta sosial bersifat umum, dalam arti tersebar merata dan menjadi milik kolektif, bukan sekadar hasil penjumlahan beberapa fakta individu. Contohnya hukum, adat istiadat, dan Tips berpakaian.
Dalam mengkaji masyarakat, Durkheim lebih menekankan di kesadaran kolektif (collective consciousness) sebagai dasar dari suatu keteraturan sosial atau lebih menekankan di kerja sama yang mencerminkan konsensus moral sebagai proses social yang paling Fundamental.
5. Max Weber (1864–1920)
Max Weber berpendapat bahwa sebagai ilmu, sosiologi berusaha membagikan pengertian mengenai aksi-aksi sosial. Sosiologi membantu mempelajari dan memahami perilaku manusia dan sekaligus menelaah sebab-sebab terjadinya interaksi sosial. Karya Weber mengenai perkembangan sosiologi misalnya analisis mengenai wewenang, birokrasi, sosiologi agama, organisasi-organisasi ekonomi, dan sebagainya.
Weber berpendapat bahwa metode-metode yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam tidak Bisa diterapkan begitu aja di masalah-masalah yang dikaji dalam ilmu-ilmu sosial. Menurut dia, Sebab para ilmuwan sosial mempelajari dunia sosial di mana mereka hidup, tentu ada hal-hal yang subjektif dalam penelitian mereka. Oleh Sebab itu, sosiologi seharusnya ‘bebas nilai’ (value free), tidak boleh terdapat bias yang memengaruhi penelitian dan hasil-hasilnya. Ia menyebutkan bahwa sosiologi merupakan ilmu yang berupaya memahami tindakan sosial.
0 Komentar SEJARAH PERKEMBANGAN SOSIOLOGI Yang Wajib Kita Tau
Post a Comment