Pernahkah kita sejenak berfikir tentang makna dan tujuan kita hidup di dunia ini? Mungkin ini bukan hal yang besar. Mungkin juga tak ada manfaat dari memikirkan hal seperti itu. Lebih baik memikirkan apa yang akan kita lakukan untuk hidup kita. Mungkin itu memikirkan tentang pekerjaan, tugas, pacar, keluarga, keuangan, atau hal lain yang berbau dengan duniawi.
Tapi, apakah ANDA tahu tentang hakikat dan kodrat manusia? Dari beberapa referensi yang saya baca seperti : “The Law of Attraction” dan “Intelegensi Tanpa Batas (Alam Bawah Sadar)”, saya mulai memikirkan makna dari hidup ini. Yaitu tentang kebahagiaan. Setiap orang tentu ingin selalu bahagia. Hidup berkecukupan. Hidup dengan pasangan yang menyenangkan. Atau bahkan bisa berfoya-foya setiap hari.
Erbe Sentanu dalam bukunya “Quantum Ikhlas” menyebutkan, “HAKIKAT MANUSIA ADALAH BAHAGIA”. Atau dengan kata lain, manusia yang tidak bahagia berarti tidak hidup (ini menurut saya pribadi).
Bukankah menyenangkan jika hidup ini tanpa beban, semua berjalan lancar, dan apapun yang kita inginkan selalu terpenuhi. Dan itulah takdir kita yang sebenarnya. Dan pertanyaan selanjutnya, kenapa masih banyak orang yang TIDAK BAHAGIA? Masih banyak orang miskin yang kelaparan, orang kaya yang memiliki keluarga rusak, hubungan suami-istri yang tidak harmonis, serta masalah-masalah yang terkadang membuat manusia FRUSTASI.
Bukankah menyenangkan jika hidup ini tanpa beban, semua berjalan lancar, dan apapun yang kita inginkan selalu terpenuhi. Dan itulah takdir kita yang sebenarnya. Dan pertanyaan selanjutnya, kenapa masih banyak orang yang TIDAK BAHAGIA? Masih banyak orang miskin yang kelaparan, orang kaya yang memiliki keluarga rusak, hubungan suami-istri yang tidak harmonis, serta masalah-masalah yang terkadang membuat manusia FRUSTASI.
Ok, saya akan mencoba menjawab pertanyaan yang ada di atas.
1. Apa Makna dan Tujuan Kita hidup di Dunia Ini?
1. Apa Makna dan Tujuan Kita hidup di Dunia Ini?
Beberapa dari kita mungkin akan menjawab: untuk membanggakan orang tua, untuk belajar dan menuntut ilmu, untuk bertanggung jawab pada diri sendiri, untuk menjalin hubungan berumah tangga, untuk menjalankan perintah agama, dan mungkin masih sangat banyak jawaban yang akan muncul.
Namun dalam versi saya, tujuan hidup ini adalah untuk bahagia. Beberapa sufi (ahli fikir dalam ISLAM) menyebutkan hidup ini tak lebih dari senda gurau semata, kehidupan sebenarnya adalah kehidupan setelah hidup di dunia ini. Ya, hanya seperti panggung sandiwara. Tak perlu terlalu dipikirkan. Untuk apa menjadi orang kaya jika tak bahagia. Untuk apa memiliki pasangan yang rupawan jika selalu sakit hati. Untuk apa hidup berfoya-foya jika hati terasa kosong dan tak bermakna.
Kita terlalu mendramatisir hidup, sampai lupa dengan tujuan dari hidup ini. Asal ANDA tahu, yang namanya kesempurnaan itu tidak pernah ada. ITU HANYA HALUSINASI SEMATA. Dan kapan kesempurnaan itu kita dapatkan? Ketika kita sudah mampu bersyukur. Bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini. Kita sering mendengar,”Sungguh benar bahwa kita tidak tahu apa yang kita miliki sampai kita kehilangannya, tetapi sungguh benar pula bahwa kita tidak tahu apa yang belum pernah kita miliki sampai kita mendapatkannya”.
Dan satu hal yang perlu kita ketahui tentang hidup adalah kita sering salah memaknai hidup dengan mengatakan,”UNTUK BAHAGIA KITA HARUS SUKSES DULU”. Pahal Ali bin Abi Thalib pernah mengatakan, “BAHAGIALAH DULU, MAKA KESUKSESAN AKAN MENYERTAIMU”.
2. Apa itu hakikat dan kodrat manusia?
Saya teringat sebuah cerita dari anak kelas 2 SD yang diberikan tugas oleh gurunya untuk menuliskan 7 keajaiban dunia. Semua anak dalam kelas tersebut sangat antusias dalam mengerjakan tugas tersebut. Jawaban mereka pun bermacam-macam, dan jika diurutkan akan ada 7 nama yang paling banyak dipilih:
-Menara Eifel di Paris;
-Piramida dan Spinx di Mesir;
-Taj Mahal di India;
-Candi Borobudur di Indonesia;
-Ka’bah di Mekkah;
-Tembok Cina.
-Piramida dan Spinx di Mesir;
-Taj Mahal di India;
-Candi Borobudur di Indonesia;
-Ka’bah di Mekkah;
-Tembok Cina.
Namun, ada seorang anak yang terdiam dan tidak menuliskan apa-apa di lembar kertas yang diberikan, dan Guru pun bertanya, “kenapa adik belum menulis jawabannya?”. Dengan polosnya murid itu menjawab, “ saya bingung mau menulis dari mana. Terlalu banyak keajaiban Allah SWT yang ada dalam tubuh saya.”
“.. kejaiban melihat”,
“.. kejaiban mendengar”,
“.. kejaiban merasakan”,
“.. kejaiban menyayangi”,
“.. kejaiban berbicara”,
“.. dan masih banyak sekali yang belum bisa saya sebutkan satu per satu”.
Apa yang kita dapat dari sepenggal kisah di atas? Sebenarnya keajaiban yang dibuat manusia tak sebanding dengan keajaiban yang Tuhan ciptakan untuk manusia. Setiap manusia adalah keajaiban itu sendiri. Namun Tuhan memiliki rencana lain, dengan memberikan kelebihan dan kekurangan agar kita sebagai manusia mampu memaknai hal tersebut. Tentu banyak hikmat dibalik segala kekurangan dan kelebihan manusia salah satunya agar manusia itu saling melengkapi. Coba banyangkan, BETAPA membosankannya jika semua manusia itu sempurna, semua berwajah rupawan, setiap orang terlahir kaya tidak ada orang miskin, memiliki selera makanan yang sama, memakai baju; mobil; rumah yang sama, dan melakukan hal-hal yang sama.
0 Komentar Belajar Hidup untuk Lebih Hidup
Post a Comment