Friday, May 10, 2013

Bagaimana Menjelaskan Fenomena JOKOWI di Media Masa?


Photo: Setelah setengah tahun menjabat sebagai Gubernur Jakarta Jokowi masih menjadi pusat pemberitaan di berbagai media. Sering sekali saya melihat banyaknya komentar miring yang mengisukan tentang PENCITRAAN.

Sebenarnya apa yang salah dengan pencitraan? Setiap orang, bahkan instansi butuh yang namanya CITRA BAIK. Sebagai contoh nyata, baru-baru ini ada kasus POLISI BALI YANG MENERIMA SUAP kemudian mabuk bareng sama penyuap. Setelah berita itu sampai ke media, pihak Polres Bali langsung berencana membuat video serupa yang berisi tentang kegiatan sosial yang 'pernah' dilakukan oleh Kepolisian setempat dengan tujuan MEMPERBAIKI CITRA BURUK yang dilakukan oleh oknum polisi.

Sama hal nya dengan kasus GAYUS TAMBUNAN (GT). Sebelum adanya kasus GT ini mencuat, Direktoral Jendral Pajak (DJP) memiliki reputasi yang baik dan mendapat KEPERCAYAAN dari publik. Namun apa yang terjadi setelah itu? Masyarakat menjadi tidak percaya dengan uang yang mereka serahkan kepada Negara. Bahkan rakyat menjadi ENGGAN untuk membayar kewajiban mebayar PAJAK.

Dalam birokrasi dan politik, CITRA itu penting. Lihat saja citra buruk yang dilakukan oleh para Anggota DPR/D yang 'terhormat'. Bagaiamana masyarakat memandangnya? Ketidakpercayaan masyarakat kepada Anggota Dewan membuat masyarakat menjadi tak acuh terhadap kinerja mereka. Apapun kerja Anggota Dewan LANGSUNG dinilai BURUK.

Tidak ada yang salah dengan pencitraan. Tahukah Anda kenapa BBM masih belum naik? Itu dikarenakan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan masih belum memenuhi target yaitu diatas 80%. Sehingga jika pemerintah gegabah menaikkan harga BBM resikonya adalah CITRA PEMERINTAH YANG SEMAKIN BURUK.

Kembali ke topik awal tentang pemberitaan JOKOWI. Menurut saya, media sangat CERDAS dalam mengangkat sebuah isu atau berita. Baru saja saya membaca sebuah berita di KOMPAS yang membahas tentang kinerja Jokowi. Dan benar saja, peminat pembaca untuk mengetahui segala hal tentang Gubernur Jakarta ini sangat TINGGI. Setiap berita yang muncul mengenai Jokowi seperti menjadi makanan 'sedap' bagi pembaca. Itu dapat dilihat dari jumlah pembaca TIAP ARTIKEL yang mecapai ratusan ribu kali klik, yang berati akan menjadi rupiah yang banyak bagi media. Jadi menurut saya kurang tepat jika dikatakan bahwa media DIDOMPLENGI oleh pihak-pihak tertentu.

Kesimpulan saya, tidak ada yang salah dengan apa yang dilakukan oleh Jokowi selama menjabat sebagai Gubernur Jakarta, entah apapun itu motifnya, yang jelas ada manfaat yang dapat dirasakan oleh warga Jakarta. Dan juga tidak salah media mengangkat TOPIK atau pemberitaan tentang jokowi, toh itu lah yang menjadi santapan para pembaca berita.

Be wish,

Setelah setengah tahun menjabat sebagai Gubernur Jakarta Jokowi masih menjadi pusat pemberitaan di berbagai media. Sering sekali saya melihat banyaknya komentar miring yang mengisukan tentang PENCITRAAN.
Sebenarnya apa yang salah dengan pencitraan? Setiap orang, bahkan instansi butuh yang namanya CITRA BAIK. Sebagai contoh nyata, baru-baru ini ada kasus POLISI BALI YANG MENERIMA SUAP kemudian mabuk bareng sama penyuap. Setelah berita itu sampai ke media, pihak Polres Bali langsung berencana membuat video serupa yang berisi tentang kegiatan sosial yang 'pernah' dilakukan oleh Kepolisian setempat dengan tujuan MEMPERBAIKI CITRA BURUK yang dilakukan oleh oknum polisi.

Sama hal nya dengan kasus GAYUS TAMBUNAN (GT). Sebelum adanya kasus GT ini mencuat, Direktoral Jendral Pajak (DJP) memiliki reputasi yang baik dan mendapat KEPERCAYAAN dari publik. Namun apa yang terjadi setelah itu? Masyarakat menjadi tidak percaya dengan uang yang mereka serahkan kepada Negara. Bahkan rakyat menjadi ENGGAN untuk membayar kewajiban mebayar PAJAK.

Dalam birokrasi dan politik, CITRA itu penting. Lihat saja citra buruk yang dilakukan oleh para Anggota DPR/D yang 'terhormat'. Bagaiamana masyarakat memandangnya? Ketidakpercayaan masyarakat kepada Anggota Dewan membuat masyarakat menjadi tak acuh terhadap kinerja mereka. Apapun kerja Anggota Dewan LANGSUNG dinilai BURUK.

Tidak ada yang salah dengan pencitraan. Tahukah Anda kenapa BBM masih belum naik? Itu dikarenakan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintahan masih belum memenuhi target yaitu diatas 80%. Sehingga jika pemerintah gegabah menaikkan harga BBM resikonya adalah CITRA PEMERINTAH YANG SEMAKIN BURUK.

Kembali ke topik awal tentang pemberitaan JOKOWI. Menurut saya, media sangat CERDAS dalam mengangkat sebuah isu atau berita. Baru saja saya membaca sebuah berita di KOMPAS yang membahas tentang kinerja Jokowi. Dan benar saja, peminat pembaca untuk mengetahui segala hal tentang Gubernur Jakarta ini sangat TINGGI. Setiap berita yang muncul mengenai Jokowi seperti menjadi makanan 'sedap' bagi pembaca. Itu dapat dilihat dari jumlah pembaca TIAP ARTIKEL yang mecapai ratusan ribu kali klik, yang berati akan menjadi rupiah yang banyak bagi media. Jadi menurut saya kurang tepat jika dikatakan bahwa media DIDOMPLENGI oleh pihak-pihak tertentu.

Kesimpulan saya, tidak ada yang salah dengan apa yang dilakukan oleh Jokowi selama menjabat sebagai Gubernur Jakarta, entah apapun itu motifnya, yang jelas ada manfaat yang dapat dirasakan oleh warga Jakarta. Dan juga tidak salah media mengangkat TOPIK atau pemberitaan tentang jokowi, toh itu lah yang menjadi santapan para pembaca berita.

Be wish,

Artikel Terkait

0 Komentar Bagaimana Menjelaskan Fenomena JOKOWI di Media Masa?

Post a Comment

Back To Top