Tanggapan dari Artikel ini:
http://kneu.blogspot.com/2013/03/facebook-politik-1.htmlIntishar Izzat A
Setau gue bukan 'utang' yg jadi isu tapi 'utang luar negeri'. Yg sering jadi isu juga tentang pendapatan negara yg mayoritas dari pajak padahal negara kita negara kaya, sumber daya alam kita luar biasa melimpah. CMIIWuntuk yg kedua, ya emg kalo kita ada di zona nyaman, seringnya kita jadi terbuai sama kenyamanan itu. Kekayaan alam sudah membuat rakyat bangsa ini nyaman, sampai-sampai membuat lupa, kalo sekarang kekayaan alam kita sudah tidak lagi sepenuhnya milik kita. :D
Kenneu Atma
Kalau menurut gw, mau hutang dalam negeri maupun luar negeri ya sama aja, pembedaan cuma maslaah bunga. Tapi hutang ini dibutuhin negara untuk pembangunan dan macam2.
Kalau masalah kenyamanan sendiri balik ke individu masing2, negara memberi support ke masyarakat, kalau ternyata pelayanan ini dianggap sebagai fasilitas yg membuat malas yang salah bukan penyedia pelayanan, namun sikap masyarakat yg seperti itu.
Masalah SDA sudah OOT, no coment, tapi emang miris lihat keadaan yg kayak gitu.
Masalah SDA sudah OOT, no coment, tapi emang miris lihat keadaan yg kayak gitu.
Intishar Izzat A
Utang luar negeri sama utang dalam negeri ya jelas beda lah. Dan perbedaan besarnya bukan ada di bunganya. Tapi pd kemajuan pembangunan negara ini. Kalo pemerintah kita berutang di dalam negeri. Pembayaran utang itu akan kembali lagi kpd si kreditur yg merupakan orang indonesia, yg tentu lebih peduli dgn keadaan bangsa ini. Dgn demikian uang pembayaran utang itu diharapkan dapat digunakan kembali untuk diinvestasikan kembali di indonesia. Atau setidaknya digunakan oleh kreditur untuk konsumsi di dlm negeri yg juga tentu saja berdampak bagi produksi dan penjualan barang dan jasa, yg secara agregat akn membantu kemajuan ekonomi negara ini. Tetapi kalo pemerintah kita berutang ke luar negeri, memangnya luar negeri aka negara lain peduli dgn negara ini? Yg mereka inginkan hanya keuntungan yg diperoleh dr bunga pinjaman, bro.
Maksud gw, yg bikin rakyat bangsa ini (atau mungkin lbh tepatnya pemerintahnya) nyaman ya karna SDA kita melimpah ruah, bukan karna fasilitas, sehingga kita merasa masa depan kita akan aman karena kita punya kekayaan yg besar. Tapi nyatanya itu justru bikin bangsa ini malas. SDA yg ada bukannya diolah utk sebesar2nya kepentingan dan kesejahteraan rakyat, tapi malah dijual. Mengolah SDA memang susah ditambah pendapatan yg dihasilkan dari mengolah SDA juga kecil, jauh lebih mudah dan menguntungkan untuk menjualnya saja. Itu membuat kita terbuai dan manja utk mencari pendapatan negara yg dapat bertahan dlm jangka waktu yg panjang. Maka kita mencari cara lain yg relatif mudah utk menerima pendapatan negara. Dan cara meraih pendapatan yg mudah lainnya adalah dgn memungut pajak.
0 Komentar TANGGAPAN: Menarik kah Politisasi Hutang Negara sebagai Bahan Kampanye?
Post a Comment