
Tidak di pungkiri kenyataanya ilmu itu luas sebelum membahas mengenai BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL ini, kenyataannya kita wajib mempelajari sesuatu Sebab dalam kehidupan kita sehari-hari kita wajib menjalankan banyak hal yang belum tentu kita ketahui bagaimana caranya. Misalnya, untuk Bisa di keahlian khusus yang kita harapkan, maka kita wajib mengikuti training yang memang membagikan ilmu yang kita butuhkan. Sebelum membahas mengenai BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL, Saat ini, Bisa disimpulkan bila hanya dengan belajar kita Bisa menanggulangi masalah yang kita hadapi setiap hari. Kita belajar, akan mengubah diri kita, dari belum mengetahui, atau belum ahli di hal tertentu, menjadi kebalikannya dan membuat kita semakin mempunyai kemampuan.
BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL
Menurut Gillin dan Gillin, ada dua macam proses social yang timbul karena interaksi sosial, yaitu proses asosiatif dan proses disosiatif.
a. Proses Asosiatif
di hakikatnya proses ini mempunyai kecenderungan untuk membuat masyarakat bersatu dan melonjakkan solidaritas di antara anggota kelompok. Kita mengenal empat bentuk proses asosiatif, yaitu kerja sama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
1) Kerja Sama (Cooperation)
Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang inti. Kerja sama dilakukan oleh manusia dalam masyarakat dengan tujuan supaya kepentingannya lebih mudah tercapai. Kerja sama merupakan suatu usaha bersama antarpribadi atau antarkelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama. Kerja sama dilakukan sejak manusia berinteraksi dengan sesamanya, yang dimulai dalam kehidupan keluarga lalu meningkat dalam lingkungan yang lebih luas, yaitu masyarakat.
Kerja sama dalam masyarakat muncul Sebab adanya beberapa situasi tertentu seperti berikut ini.
a) Adanya keadaan alam yang kurang bersahabat, seperti terjadinya Bala.
b) Musuh bersama yang datang dari luar wilayah.
c) Pekerjaan yang membutuhkan banyak tenaga kerja.
d) Kegiatan keagamaan yang sakral. Kita mengenal beberapa bentuk kerja sama dalam masyarakat, yaitu tawar menawar, kooptasi, koalisi, dan usaha patungan.
a) Tawar menawar (bargaining) merupakan perjanjian atau persetujuan antara pihak-pihak yang mengikat diri atau bersengketa melalui perdebatan, pemberian usul, dan lain-lain.
b) Kooptasi (cooptation) merupakan proses penerimaan unsur-unsur baru oleh pemimpin suatu organisasi sebagai salah satu usaha untuk menghindari terjadinya keguncangan atau kekacauan dalam suatu organisasi.
c) Koalisi (coalition) merupakan kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. Koalisi Bisa menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara waktu Sebab dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan mempunyai struktur yang tidak sama satu sama lain.
d) Usaha patungan (join venture) merupakan kerja sama dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu, misalnya pengeboran minyak, pembangunan jembatan layang, pembangunan hotel, dan sebagainya.
2) Akomodasi (Accomodation)
Akomodasi merupakan suatu bentuk proses sosial yang di dalamnya terdapat dua atau lebih individu atau kelompok yang berusaha untuk saling menyesuaikan diri, tidak saling mengganggu dengan Tips mencegah, mengurangi, atau menghentikan ketegangan yang akan timbul atau yang sudah ada, sehingga tercapai kestabilan (keseimbangan).
Lalu, apakah tujuan dari akomodasi? Akomodasi bertujuan untuk berikut ini.
a) Mengurangi pertentangan antara dua kelompok atau individu.
b) Mencegah terjadinya suatu pertentangan dengan cara temporer.
c) Memungkinkan terjadinya kerja sama antarindividu atau kelompok sosial.
d) Mengupayakan peleburan antara kelompok social yang berbeda (terpisah), misalnya lewat perkawinan campuran (amalgamasi).
Adapun bentuk-bentuk akomodasi merupakan koersi, kompromi, arbitrasi, mediasi, konsiliasi, toleransi, stalemate, ajudikasi, rasionalisasi, gencatan senjata, segregation, dan dispasement.
a) Koersi (coercion) merupakan suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilakukan dengan paksaan. Artinya, ada pemaksaan kehendak oleh pihak tertentu terhadap pihak lain yang posisinya lebih rendah. Pelaksanaannya Bisa dilakukan dengan cara fisik ataupun dengan cara psikologis.
b) Kompromi (compromise) merupakan suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya supaya tercapai suatu penyelesaian perselisihan yang ada.
c) Arbitrasi (arbitration) merupakan suatu bentuk akomodasi yang menghadirkan pihak ketiga yang bersifat netral untuk mencapai suatu penyelesaian perselisihan.
d) Mediasi (mediation), hampir sama dengan arbitrasi, akan tetapi di mediasi pihak ketiga yang netral yang berfungsi sebagai penengah tidak mempunyai wewenang untuk memberi keputusan-keputusan penyelesaian perselisihan di antara pihak-pihak yang berselisih.
e) Konsiliasi (conciliation) merupakan suatu usaha mempertemukan keinginan-keinginan pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu persetujuan bersama.
f) Toleransi (tolerance) merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal. terkadang-terkadang toleransi timbul dengan cara tidak sadar dan tanpa direncanakan sebelumnya.
g) Stalemate merupakan suatu bentuk akomodasi, di mana pihak-pihak yang bertentangan, Sebab mempunyai kekuatan seimbang, berhenti di suatu titik tertentu dalam menjalankan pertentangannya.
h) Ajudikasi (adjudication) merupakan penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan atau melalui jalur hukum.
i) Rasionalisasi merupakan pemberian keterangan atau alasan yang kedengarannya rasional untuk membenarkan tindakan-tindakan yang sebenarnya akan Bisa menimbulkan konflik.
j) Gencatan senjata (cease-fire) merupakan penghentian sementara pertikaian Sebab ada satu hal yang mengharuskan pertikaian atau peperangan berhenti, misalnya pembersihan jenazah korban, adanya negosiasi perdamaian, dan sebagainya
k) Segregation merupakan upaya untuk saling memisahkan diri dan menghindar di antara pihak-pihak yang saling bertentangan dengan tujuan untuk mengurangi ketegangan.
l) Dispasement merupakan usaha mengakhiri konflik dengan mengalihkan di objek masing-masing.
3) Asimilasi
Asimilasi merupakan suatu proses yang ditandai oleh adanya usaha-usaha untuk mengurangi perbedaanperbedaan yang terdapat di antara individu-individu atau kelompok individu.
Menurut Koentjaraningrat, proses asimilasi akan terjadi apabila berikut ini.
a) Ada kelompok-kelompok yang berbeda kebudayaannya.
b) Saling bergaul dengan cara langsung dan intensif dalam waktu yang cukup lama.
c) Kebudayaan dari kelompok-kelompok tersebut masing-masing mendapatkan perubahan dan saling menyesuaikan diri.
Ada beberapa faktor yang Bisa mempermudah atau mendorong terjadinya asimilasi, di antaranya merupakan sebagai berikut.
a) Toleransi, keterbukaan, saling menghargai, dan menerima unsur-unsur kebudayaan lain.
b) Kesempatan yang seimbang dalam bidang ekonomi yang Bisa mengurangi adanya kecemburuan sosial.
c) Sikap menghargai orang asing dengan kebudayaannya.
d) Sikap terbuka dari golongan penguasa.
e) Adanya perkawinan campur dari kelompok yang berbeda (amalgamasi).
f) Adanya musuh dari luar yang wajib dihadapi bersama.
Selain itu ada pula beberapa faktor yang Bisa menghambat atau memperlambat terjadinya asimilasi, yaitu sebagai berikut.
a) Perbedaan yang sangat mencolok, seperti perbedaan ras, teknologi, dan perbedaan ekonomi.
b) Kurangnya pengetahuan terhadap kebenaran kebudayaan lain yang sedang dihadapi.
c) Kecurigaan dan kecemburuan sosial terhadap kelompok lain.
d) Perasaan primordial, sehingga merasa kebudayaan sendiri lebih bagus dari kebudayaan bangsa atau kelompok lainnya.
4) Akulturasi (Acculturation)
Di era globalisasi sekarang ini yang ditandai dengan pesatnya arus informasi dan komunikasi antarnegara mengakibatkan batas antarnegara seolah-olah menjadi tidak ada. Berbagai pengaruh dari suatu negara Bisa dengan mudah masuk ke negara lain. Selain itu berbagai kejadian atau peristiwa yang terjadi di suatu Negara Bisa dengan cepat diketahui oleh negara lain. Dalam hal ini kita tidak Bisa menutup diri terhadap berbagai pengaruh, terutama unsur-unsur kebudayaan yang berasal dari negara lain. Masuknya unsur-unsur kebudayaan asing itu salah satunya Bisa menimbulkan suatu keadaan yang disebut akulturasi.
Akulturasi merupakan suatu keadaan di mana unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan sendiri. Dalam akulturasi kita mengenal unsur-unsur kebudayaan yang mudah diterima dan unsur-unsur kebudayaan yang sulit diterima. Unsur-unsur apa sajakah itu?
Unsur-unsur kebudayaan yang mudah diterima dalam akulturasi di antaranya merupakan sebagai berikut.
a) Kebudayaan materiil, misalnya atap masjid Demak yang memakai design Meru seperti dalam agama Hindu.
b) Kebudayaan yang mudah disesuaikan dengan kondisi setempat, misalnya kesenian, olahraga, dan hiburan.
c) Kebudayaan yang pengaruhnya kecil, misalnya design pakaian, potongan rambut, bentuk rumah, design sepatu dan lain-lain.
d) Teknologi ekonomi yang bermanfaat dan mudah dioperasionalkan, seperti traktor, mesin penghitung uang, komputerisasi di bidang akuntansi, dan lain sebagainya.
Sementara itu, unsur-unsur kebudayaan yang sulit untuk diterima dalam akulturasi merupakan sebagai berikut.
a) Unsur kebudayaan yang menyangkut kepercayaan, ideologi, falsafah atau religi suatu kelompok.
b) Unsur-unsur yang dipelajari di taraf pertama proses sosialisasi. Misalnya makanan inti dan sopan santun kepada orang yang lebih tua.
b. Proses Disosiatif
Proses disosiatif merupakan suatu proses yang cenderung membawa anggota masyarakat ke arah perpecahan dan merenggangkan solidaritas di antara anggota-anggotanya. Kita mengenal tiga bentuk proses disosiatif, yaitu persaingan, kontravensi, dan konflik.
1) Persaingan (Competition)
Persaingan merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang di masa tertentu menjadi pusat perhatian umum, tanpa memakai ancaman atau kekerasan. Persaingan wajib dilaksanakan dengan berpedoman di nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.
Hal-hal yang Bisa menimbulkan terjadinya persaingan atau kompetisi antara lain sebagai berikut.
a) Perbedaan pendapat mengenai hal yang sangat Fundamental.
b) Perselisihan paham yang mengusik harga diri dan kebanggaan masing-masing pihak yang ditonjolkan.
c) Keinginan terhadap sesuatu yang jumlahnya sangat terbatas atau menjadi pusat perhatian umum.
d) Perbedaan sistem nilai dan norma dari kelompok masyarakat.
e) Perbedaan kepentingan politik kenegaraan, bagus dalam negeri ataupun luar negeri.
2) Kontravensi (Contravention)
Kontravensi merupakan suatu proses komunikasi antarmanusia, di mana antara pihak yang satu dengan pihak yang lain sudah terdapat benih ketidaksesuaian, namun di antara pihak-pihak yang terlibat itu saling menyembunyikan sikap ketidaksesuaiannya. Namun apabila tidak saling berhadapan, benih-benih ketidaksesuaian itu ditampakkan dengan cara jelas kepada pihak ketiga. Biasanya kontravensi dikatakan pula sebagai suatu proses sosial yang berada di antara persaingan dan konflik.
Menurut Leopold Von Wiesse dan Howard Becker, proses kontravensi itu bertingkat-tingkat hingga semakin hebat dan hampir mendekati bentuk persaingan dan konflik. Tahukah Anda bagaimana tingkatan kontravensi itu?
Ada lima tingkatan kontravensi, yaitu general contravention, medial contravention, intensive contra vention, misterious contravention, dan tactical contravention.
a) General contravention, contohnya penolakan, keengganan, perlawanan, tindakan menghalang-halangi, protes, masalah-masalah, perbuatan kekerasan, dan mengacaukan rencana pihak lain.
b) Medial contravention, contohnya menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki orang lain, mencerca, memfitnah dengan melemparkan beban pembuktian kepada pihak lain, dan seterusnya.
c) Intensive contravention, contohnya menghasut, menyebarkan desas-desus, mengecewakan pihak lain, dan lain sebagainya.
d) Misterious contravention, contohnya membuka rahasia pihak lain di pihak ketiga, berkhianat, dan lainlain.
e) Tactical contravention, contohnya mengejutkan lawan, mengganggu atau membingungkan pihak lawan dengan cara sembunyi.
Kita mengenal tiga tipe kontravensi, yaitu kontravensi antargenerasi, kontravensi antarkelompok, dan kontravensi jenis kelamin.
a) Kontravensi antargenerasi, misalnya perbedaan pendapat antara golongan tua dengan golongan muda mengenai masuknya unsur-unsur budaya asing.
b) Kontravensi antarkelompok, misalnya perbedaan kepentingan antara golongan mayoritas dan golongan minoritas.
c) Kontravensi jenis kelamin, misalnya perbedaan pendapat antara golongan pria dan perempuan mengenai cuti hamil dan melahirkan.
3) Konflik (Conflict)
Istilah ‘konflik’ berasal dari Perkataan Latin ‘configere’ yang berarti saling memukul. Dalam pengertian sosiologi, konflik Bisa didefinisikan sebagai suatu proses sosial di mana dua orang atau kelompok berusaha menyingkirkan pihak lain dengan jalan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya.
Menurut Robert M.Z. Lawang, konflik merupakan perjuangan untuk memperoleh hal-hal yang langka seperti nilai, status, kekuasaan, dan sebagainya, di mana tujuan mereka yang berkonflik itu tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, akan tetapi juga untuk menundukkan pesaingnya. Konflik merupakan keadaan yang wajar dalam setiap masyarakat. Tidak ada orang atau masyarakat yang tidak pernah mendapatkan konflik dalam hidupnya.
a) Sebab-Sebab Terjadinya Konflik
Hal-hal yang Bisa menimbulkan terjadinya konflik antara lain sebagai berikut.
(1) Adanya perbedaan kepribadian di antara mereka yang terlibat konflik, karena adanya perbedaan latar belakang kebudayaan.
(2) Adanya perbedaan pendirian atau perasaan antara individu yang satu dengan individu yang lain.
(3) Adanya perbedaan kepentingan individu atau kelompok di antara mereka.
(4) Adanya perubahan-perubahan sosial yang cepat dalam masyarakat Sebab adanya perubahan nilai atau sistem yang berlaku.
b) karena Konflik
Konflik Bisa mengakibatkan hal yang positif ataupun hal yang negatif. Hal itu tergantung apa bentuk konflik itu dan dari mana kita memandangnya. dengan cara umum konflik Bisa menimbulkan karena berikut ini.
(1) Bertambah kuatnya rasa solidaritas di antara sesama anggota kelompok. Hal ini biasanya dicapai apabila terjadi konflik antarkelompok dalam masyarakat.
(2) Hancur atau retaknya kesatuan kelompok. Hal ini biasanya muncul dari konflik yang terjadi di antara anggota dalam suatu kelompok.
(3) Adanya perubahan kepribadian individu.
(4) Hancurnya harta benda dan jatuhnya korban manusia.
c) Tips Pemecahan Konflik
Selain Tips-Tips akomodasi yang telah kita bahas bersama di muka, masih ada beberapa Tips yang Bisa digunakan untuk memecahkan atau menyelesaikan konflik, di antaranya elimination, subjugation atau domination, majority rule, minority consent, dan integrasi.
(1) Elimination, berarti pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik antara lain, dengan ucapan ‘kami mengalah’, ‘kami mundur’, ‘kami keluar’, dan sebagainya.
(2) Subjugation atau domination, berarti orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar Bisa memaksa orang atau pihak lain untuk menaatinya, terutama pihak yang lemah.
(3) Majority rule, berarti suara terbanyak yang ditentukan melalui pemungutan suara atau voting yang akan menentukan keputusan tanpa mempertimbangkan argumentasi.
(4) Minority consent, berarti ada kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan, serta sepakat untuk menjalankan kegiatan bersama.
(5) Integrasi, berarti pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan ditelaah kembali hingga kelompok yang saling bertentangan mencapai suatu keputusan yang memuaskan untuk semua pihak.
d) Bentuk-Bentuk Konflik
Di dalam kehidupan masyarakat, terdapat beberapa bentuk konflik, yaitu konflik pribadi, politik, rasial, antarkelas sosial, dan konflik yang bersifat internasional.
(1) Konflik pribadi merupakan konflik yang terjadi di antara individu Sebab masalah-masalah pribadi. Misalnya individu yang terlibat utang, atau masalah pembagian warisan dalam keluarga.
(2) Konflik politik merupakan konflik antarpartai politik Sebab perbedaan ideologi, asas perjuangan, dan citacita politik. Misalnya bentrokan antarpartai politik di saat kampanye.
(3) Konflik rasial merupakan konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda Sebab kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya konflik antarsuku yang terjadi di Timika, Papua.
(4) Konflik antarkelas sosial merupakan konflik yang dikarenakan munculnya perbedaan-perbedaan kepentingan, misalnya konflik antara buruh dengan majikan.
(5) Konflik yang bersifat internasional merupakan konflik yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok) Sebab perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya pertikaian negara Israel dan Lebanon yang melibatkan beberapa negara besar.
0 Komentar BENTUK BENTUK INTERAKSI SOSIAL Yang wajib Kita Baca
Post a Comment